Demam tifoid atau tifus merupakan penyakit yang berbahaya karena disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi yang bisa kita dapatkan lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi. meskipun dalam istilah kedokteran sendiri sebetulnya tifus adalah penyakit lain yang disebabkan oleh bakteri yang dibawa hewan pengerat seperti tikus. Penyakit tifus atau tipus bahkan tipes adalah sebutan yang sering diucapkan oleh orang Indonesia,
Orang yang mengalami demam tifoid atau tifus biasanya mengalami demam berkelanjutan dengan suhu 39° sampai 40° C. Sebagian pasien mungkin juga merasa lemah, atau merasakan sakit perut, sakit kepala, atau kehilangan nafsu makan. Dalam beberapa kasus, muncul ruam dan bintik-bintik berwarna pink di kulit. Satu-satunya cara untuk mengetahui pasti apakah penyakit yang dialami pasien adalah demam tifoid atau tidak, mereka harus melakukan pemeriksaan sampel tinja atau darahnya. Demam tifoid dapat ditangani dengan obat antibiotik. Belakangan ini, resistensi Salmonella terhadap beberapa antibiotik mulai meningkat. Resistensi tersebut membuat proses pengobatan infeksi menjadi lebih rumit. Uji kerentanan antibiotik dapat membantu kita memilih cara penyembuhan yang tepat. fluoroquinolones (untuk infeksi yang rentan), ceftriaxone, dan azitromisin adalah pilihan pengobatan antibiotik. Pasien yang tidak mendapatkan pengobatan dakan mengalami resiko demam selama beberapa minggu atau bahkan bulan, dbahkan bisa dikatakan 20% dapat meninggal akibat komplikasi karena infeksi.[1]
“dilansir dari laman Alodokter” Demam tifoid atau yang biasa kita kenal dengan sebutan tifus dalam artian tipes. Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhii. Demam tifoid atau Tifus ini dapat menular dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja sehingga mengandung bakteri Salmonella typhii. Penularan tifus dapat terjadi karena terpapar urine yang sudah terinfeksi bakteri Salmonella typhi, akan tetapi penularan tersebut termasuk kasus yang jarang terjadi. Hampir 100.000 penduduk Indonesia terjangkit penyakit tifus tiap tahunnya. Oleh sebab itu, penyakit tifus dinyatakan sebagai penyakit endemik yang berpengaruh pada masalah kesehatan sehingga dapat dikatakan penyakit serius di dalam negeri. Penanganan penyakit tifus dapat kita lakukan melalui pemberian obat antibiotik. Untuk dilakukannya pengobatan terhadap penyakit tersebut bisa dilakukan di rumah atau perlu dilakukan di rumah sakit, akan tetapi harus kita ketaui seberapa tingkat keparahan penyakit yang dialami. Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang akan meninggal karena demam tifoid atau tifus. Selain itu, penyakit tersebut juga berisiko menimbulkan komplikasi. Penyebab utama berkembangnya penyakit tifus adalah sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih,. Dan hal ini rentan sekali terjadi pada anak-anak untuk terserang tifus karena tidak sempurnanya sistem kekebalan tubuh. Di Indonesia, vaksin tifoid dapat diberikan untuk mencegah tifus terjadi, hal ini termasuk imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah, namun belum termasuk ke dalam kategori wajib. Vaksin tifoid diberikan kepada anak-anak berusia lebih dari 2 tahun, dan diulang tiap tiga tahun. Akan tetapi vaksin tersebut tidak menjamin perlindungan 100 persen terhadap infeksi tifus. Anak yang sudah diimunisasi tifoid pun tetap dapat terinfeksi, namun resiko yang akan diterima adalah tingkat infeksinya tidak seberat pada pasien yang belum mendapat vaksin tifoid. Sehingga vaksinasi sangat dianjurkan terutama terhadap orang yang ingin bekerja atau bepergian ke daerah yang banyak kasus penyebaran tifus. Memerhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi adalah tindakan pencegahan yang bisa dilakukan, misalnya dengan menghindari makan di tempat terbuka yang mudah terpapar bakteri.